The Father Project adalah program pembinaan dan pembelajaran daring yang dirancang khusus untuk laki-laki Muslim – agar mampu memahami dan menjalankan perannya secara utuh: sebagai hamba Allah, anak, suami, ayah, dan bagian dari masyarakat.
Di tengah fenomena fatherless (ayah yang tidak hadir secara emosional, spiritual, atau fisik) dan krisis kepemimpinan keluarga, program ini lahir untuk menawarkan solusi yang membumi, bertahap, dan menyentuh hati. Lebih dari sekadar kelas daring, program ini adalah ruang belajar, ruang refleksi, dan ruang bertumbuh bersama, yang terintegrasi dengan komunitas dukungan yang hangat dan mendorong perubahan diri secara bertahap namun mendalam.
Program ini menawarkan perjalanan. Perjalanan perubahan diri. Perjalanan kembali menjadi laki-laki yang berfungsi utuh: menghadirkan cinta, ilmu, dan keteladanan di tengah rumah tangganya, bukan hanya sebagai tulang punggung, tapi juga sebagai imam, teman, dan pendidik pertama bagi anak-anaknya.

Tujuan Program
- Menumbuhkan kesadaran laki-laki Muslim tentang identitas dan tanggung jawab dirinya menurut Islam.
- Membentuk karakter ayah yang bertakwa, beradab, berilmu, dan hadir secara ruhiyah, emosional, dan fisik dalam keluarga.
- Menyediakan pendidikan aplikatif dan komunitas suportif yang memperkuat ketahanan dan ketangguhan keluarga.
- Menjadi bagian dari gerakan dakwah keluarga dan perbaikan sosial melalui kepemimpinan ayah.

Visi Program
Membentuk generasi ayah Muslim yang bertakwa, hadir secara utuh, dan mampu menjadi qowwam yang menumbuhkan keluarganya dalam cinta, ilmu, dan ibadah
Komunitas Belajar adalah jantung dari program
Di dalam The Father Project, perubahan diri tidak cukup dengan ilmu saja. Ia membutuhkan lingkungan. Suasana. Teman seperjalanan.
- Menumbuhkan kesadaran ruhiyah dan peran laki-laki sebagai hamba Allah
- Membina para ayah agar mampu menjalankan empat peran utama hidupnya
- Menyediakan program pembelajaran daring yang aplikatif, reflektif, dan membumi.
- Membangun komunitas dukungan yang saling menguatkan, menasihati, dan bertumbuh bersama.
- Mendorong ayah menjadi teladan dalam ibadah, komunikasi, kepemimpinan, dan pengasuhan.
- Menjadi gerakan sosial edukatif yang melawan fenomena fatherless dan krisis kepemimpinan keluarga.
- Menumbuhkan ketahanan dan ketangguhan keluarga.
- Membentuk jaringan ayah-ayah rabbani di seluruh Indonesia.
- Tauhid-sentris: Setiap peran dibangun atas dasar penghambaan kepada Allah.
- Berbasis adab & akhlak: Tidak hanya materi, tapi pembiasaan dan keteladanan.
- Andragogik & reflektif: Disesuaikan dengan pola pikir dan kebutuhan laki-laki dewasa.
- Praktis & realistik: Fokus pada perubahan nyata, bukan idealisasi kosong.
- Komunitas & keberlanjutan: Bukan selesai saat modul habis. Komunitas tetap hidup.
Profil Peserta yang Dituju
- Ayah usia 25–50 tahun (baik yang sudah menikah atau belum)
- Suami yang ingin memperbaiki relasi dan tanggung jawab rumah tangga
- Laki-laki yang merasa lelah, hilang arah, atau ingin lebih dekat dengan Allah dan keluarganya
- Ayah yang ingin menjadi pemimpin yang lebih bijak, sabar, dan mendidik
Karena itulah, setiap peserta tidak hanya belajar melalui materi, tetapi juga menjadi bagian dari komunitas ayah—sebuah ruang aman dan hangat, di mana para laki-laki Muslim bisa:
- Saling menguatkan di saat jatuh
- Saling menasihati dengan ilmu dan kelembutan
- Saling mendengar tanpa menghakimi
- Saling bertumbuh dalam ruh tauhid, adab, dan cinta keluarga
Komunitas ini bukan grup formal berisi aturan. Ini adalah lingkaran laki-laki yang ingin kembali menjadi hamba dan pemimpin rumah tangga dengan benar. Tidak ada yang sempurna di sini. Semua sedang berjuang. Semua sedang belajar. Semua sedang menyembuhkan dan menumbuhkan.
Ustadz Abu Ibrahim Heykal Sya’ban, M.Ag
Pembina & Pengajar




